Friday 27 February 2015

5 Tempat Bersejarah di Sawahlunto Sumatera Barat



sawahlunto

Tidak banyak yang memilih untuk melakukan perjalanan yang kental dengan unsur sejarah. Kebanyakan, mereka yang traveling, hanya ingin mendapatkan pemandangan yang indah. Tunjukan saja satu foto pantai dengan laut biru atau hamparan rumput hijau berulir, and everyone start screaming like “I wanna go there! I wanna go there!”. Yes, i was one of them. Hingga suatu hari saya mengenal Sawahlunto.
Sawahlunto adalah kota yang terletak di Sumatera Barat.
map sawahlunto
Kota ini memiliki sejarah menarik sebagai kota pertambangan batubara di zaman kolonial. Bisa dibilang, kota ini sendiri secara keseluruhan adalah kota sejarah, bukan hanya beberapa lokasi saja.  Jadi, tahun 1858, pihak Belanda menemukan tanda-tanda bahwa ada endapan batubara di tanah Sawahlunto. 10 tahun kemudian, pemuda Belanda bernama de Greve menemukan batubara ini dan akhirnya menjadikan sawahlunto sebagai kota tambang batubara tertutup.
Berikut adalah tempat-tempat bersejarah yang membuat saya ingin kembali ke Sawahlunto…
1. Loebang Mbah Soero
mbah soero1
Halaman samping Galeri Infobox adalah tempat masuk terowongan Mbah Soero
Pergilah ke Galeri Infobox, pusat informasi wisata Kota Sawahlunto. Di halaman samping tempat ini, ada sebuah gua tambang batubara yang dapat dikunjungi oleh wisatawan, sekarang disebut dengan Loebang Mbah Soero. Lorong batubara ini memang dikomando oleh seorang mandor yang dipanggil Mbah Soero.
Pengunjung tinggal membeli tiket masuk di Galeri Infobox. Disediakan boot dan helm yang bisa dipakai. Bukan, helmnya bukan helm yang dipakai untuk naik sepeda motor. Tapi helm kuning yang biasa dipakai pekerja di konstruksi. Jangan takut masuk ke sini, karena ada pemandu.
Ada dua tipe pemandu yang disediakan. Yang akan memandu Anda sambil bercerita dengan memasukkan unsur mistik. Dan pemandu lainnya yang bercerita sambil memasukkan unsur teknis atau istilah kecenya, science. Mungkin Anda bisa mengajukan permintaan yang sesuai dengan selera Anda* (*terms and conditions apply).
Kebetulan, pemandu kami, adalah pemandu tipe pertama, yang bergaya agak mistis sambil bercerita. Beliau bilang, jangan takut untuk memotret. Tidak apa. Asalkan tidak berniat atau sengaja ingin menangkap gambar dari dunia lain.
Saat memasuki terowongan tambang batubara ini ada sebuah perasaan aneh. Bukan, bukan menyangkut hal mistis. Perasaan aneh karena merasa keren kayak di Indiana Jones. Benar-benar asli terowongan bawah tanah. Dengan pencahayaan kuning remang-remang. Tentu saja sedari awal, niatan memotret di sini selain promosi pariwisata, adalah latihan memotret dalam kondisi minim cahaya. Mulia sekali. Dengan niatan seperti itu, jangan takut untuk mencoba memotret sebanyak-banyaknya.
Pemandu akan menceritakan sejarah lubang tambang ini. Jangan ragu untuk bertanya ke pada pemandu jika Anda penasaran tentang beberapa hal. Misalnya, kenapa ada salah satu cabang lorong yang ditutup dengan jeruji besi. Dan Anda beruntung jika mendapatkan jawabannya dari dua sudut pandang sekaligus, agak mistis dan agak teknis.
Tambang batubara ini beroperasi pada tahun 1891 dan ditutup pada tahun 1932 karena rembesan air mulai masuk ke dalam lorong sepanjang 1.5km ini. Selama beroperasi, pekerja tambang batubara ini dikenal sebagai orang rantai. Karena selama bekerja di dalam terowongan ini kaki mereka di rantai.
Tahun 2007, Pemerintah Kota Sawahlunto membuka kembali terowongan ini. Dari pemandu dan Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto – yang berarti saya sangat beruntung bisa mendengar penjelasan langsung dari Bapak Kepala Dinas – diceritakan bahwa sebelum kembali dibuka, terowongan ini dipenuhi air. Membutuhkan puluhan hari untuk menyedot air yang menggenangi terowongan ini sehingga bisa kembali dibuka dan aman dikunjungi. Dan membutuhkan puluhan hari lagi untuk menggali tanah di dalam terowongan agar nyaman dilewati.
mbah soero 2
terowongan yang membuat kita merasa berada di film Indiana Jones. Atau Lara Lara Croft.
Bayangkan sebuah terowongan dipenuhi oleh air. Dan harus menggali beberapa bagian tanah lagi sebagai rute wisata Mbah Soero ini. Tentunya bukan pekerjaan mudah. Kendala utama saat itu adalah tidak ada informasi atau dokumen apapun terkait peta atau jalur terowongan. Siapa sangka, ternyata pembukaan kembali terowongan ini agar tetap aman menggunakan kombinasi dari cara tradisional dan modern. Cara modern tentu saja dengan ilmu para ahli di bidang pertambangan, teknologi, dan pengalaman dari penambang batubara. Cara tradisionalnya? Kuda lumping. Mereka berhasil membuat perkiraan peta terowongan dari informasi yang diberikan kuda lumping. Believe it or not, they did it. Kita sebut saja, klasik.

2. Museum Goedang Ransoem
periuk-periuk raksasa
periuk-periuk raksasa
Mulanya, ini adalah dapur umum yang digunakan untuk menyediakan konsumsi bagi para pekerja tambang di Kota Sawahlunto. Dapur umum ini akhirnya menjadi Museum Goedang Ransoem. Banyak kuali-kuali raksasa. Tungku apinya? wah, lebih besar dari rumah kontrakan. Beberapa peralatan di sini didatangkan dari Jerman, jadi jangan heran jika ada tulisan bahasa Jerman. Kompleks Museum Goedang Ransoem ini bukan hanya memajang peralatan dapur umum yang digunakan saat itu. Tapi juga ada penayangan film pendek tentang sejarah Kota Sawahlunto.
tungku api yang digunakan di dapur umum
tungku api yang digunakan di dapur umum











3. Silo
Ini bukan mercusuar. Apalagi tower air.
Ini bukan mercusuar. Apalagi tower air.
Apa itu Silo? Silo adalah tempat penyimpanan batubara. Ada tiga silo raksasa yang juga menjadi simbol Kota Sawahlunto. Di area tempat Silo ini berdiri dengan gagahnya, adalah lahan rerumputan dan beberapa pohon tepat di bawah Silo.

4. Kereta Mak Itam
Mak Itam tampak depan tetap terlihat gagah meski sudah tidak beroperasi
Mak Itam tampak depan tetap terlihat gagah meski sudah tidak beroperasi
Ada tambang batubara, ada penyimpanan batubara, tentu saja selanjutnya adalah alat transportasi untuk batubara. Pengangkutan batubara menggunakan kereta yang dinamakan Mak Itam. Mak Itam ini asal Jerman. Begitu berjayanya Mak Itam dulu saat gencarnya aktivitas penambangan batubara di kota ini, hingga akhirnya Mak Itam, sempat dijadikan kereta wisata. Wisatawan dapat mencoba menaiki kereta ini kurang lebih selama 30 menit dengan pemandangan hamparan sawah dan Bukit Barisan. Sayangnya, pada tahun 2012, Mak Itam sudah tidak beroperasi. Mak Itam tampaknya sudah kelelahan,  apalagi membutuhkan banyak batubara untuk menjalankannya. Jadilah Mak Itam sekarang dimuseumkan di Museum Kereta Api di Kota Sawahlunto.

5. Puncak Polan
Ya, Anda juga bisa mendapatkan lanskap di Sawahlunto. Kontur Kota Sawahlunto adalah perbukitan. Puncak Polan adalah satu tempat di mana Anda bisa menikmati hamparan Kota Sawahlunto. Puncak Polan namanya. Masih bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor, dan ada homestay di sana. Kenapa namanya Puncak Polan? Konon, ada seorang pastur terkenal di Kota Sawahlunto yang berasal dari Polandia dan meninggal di puncak tersebut, karenanya, muncul lah sebutan Puncak Polan.
http://img-static.riaupos.co/SAWAHLUNTO1.jpg


http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSyiOp5WRyEHDEKXuGek6K34nXRtx15bdxQP4zRYKEcq3yQUzrhmwBottom of Form

No comments:

Post a Comment