A.
Pengertian
Aqidah Islam
Akidah Islam merupakan dua kata yang berbeda
arti dan berbeda pula pengertian, namun saling berkaitan ketika digabungkan.
Maka dari itu penulis ingin mengurai terlebih dahulu mengenai pengertian
Aqiidah.
Aqidah secara etimologi berarti
“keyakinan”. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan kepada Allah Swt. Sebagai
pencipta (Khalid) illah ( yang diperTuhan) seluruh makluk, khususnya jin dan
manusia dan yang lebih khusus terhadap manusia. Selain itu, keyakinan bahwa
Allah SWT. Sang pengatur (rabb) atas makluknya, ia juga raja dari kerajaan
semua alam makhluk, dan sebagainya.
Sedangkan menurut bahasa Aqidah berasal dari
bahasa arab: ‘aqada – ya’qidu – uqdatan – wa’aqidatan. Artinya ikatan atau
perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani
terikat kepadanya.
Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu.
Jual belipun disebut ‘aqdu. Karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli
dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu untuk kedua
ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termaksud sebutan ‘aqdu untuk
kain sarunrg kaena diikat dengan mantap.
Adapn mengenai Islam itu sendiri yaitu agama
yang sesuai dengan segala zaman dan tempat. Atau sering juga dikatakan bahwa
Islam itu selamat dan sejahtera. Adapula yang mendefinisikan Islam dengan Agama
yang diturunkan Allah kepada para nabi untuk menyebarkan kepada seluruh ummat.
Disamping itu Islam juga merupakan hukum atau undang-undang yang mengatur tata
cara manusia dalam berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan antara
sesame manusia.
Adapun yang dimaksud aqidah Islam yaitu
kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab sucinya, para
rasul, hari akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh matan Al-Quran
Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahih berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah
dan berita-beritanya, serta apa saja yang telah disepakati oleh salafush sahih
(Ijma’), dan kepasrahan total kepada Allah Ta’ala dalam hal keputusan hukum,
perintah takdir maupun Syara’ serta ketundukan dalam hal keputusan hukum,
perintah takdir maupun syara’ serta ketundukan kepada Rasulullah SAW dengan
cara mematuhi, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya. Dengan kata lain
Aqidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya
berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli.
B.
Keistimewaan
Aqidah Islamiyah
Menurut Syekh
Muhammad Ibrahim Al-Hasan, Akidah Islam yang tercermin didalam kitab Ahli
sunnah wal Jamaah memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh
Aqidah manapun. Hal itu tidak mengherankan karena akidah tersebut diambil dari
Wahyu yang tidak tersentuh kebatilan dari arah manapun datangnya. Keistimewaan
tersebut, antara lain sebagai berikut:
1.
Sumber
pengambilannya adalah murni
Hal itu karena
aqidah islam berpegang teguh kepada Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijma’. Jadi Aqidah
Islam diambil dari sumber yang jernih dan jauh dari kekeruhan hawa nafsu dan
syahwat. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh berbagai mazhab, dan ideology
lainnya diluar Islam.
2.
Berdiri diatas
pondasi penyerahan diri kepada Allah dan Rasul-Nya
Hal itu karena
aqidah Islam bersifat gaib, dan yang gaib tersebut bertumpu pada penyerahan
diri. Kaki Islam tidak dapat berdiri tegak, melainkan diatas pondasi penyerahan
diri dan kepasrahan. Jadi, Iman kepada ynag ghaib merupakan salah satu sifat
terpenting bagi orang-orang mukmin yang dipuji oleh Allah
Sebab akal
tidak mampu memahami yang ghaib dan tidak mampu secara mandiri mengetahui
syariat secara rinci, karena manusia yang terbatas penglihatannya, dan kekuatan
yang terbatas, akalnya pun terbatas sehingga tidak ada pilihan lain, selain
beriman kepada yang ghaib dan berserah diri kepada Allah SWT.
3.
Sesuai dengan
fitrah yang lurus dan akal yang sehat
Sesuai dengan
fitrah yang sehat dan selaras dengan akal yang murni. Akal murni yang bebas
dari pengaruh shahway dan syubhat tidak akan bertentangan dengan Nash yang
shahih dan bebas dari cacat.
4.
Kokoh, stabil
dan kekal
Aqidah islam
adalah akidah yang kokoh, stabil dan kekal. Akidah islam sangat kokoh ketika
menghadapi pukulan bertubi-tubi ang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam.
5.
Mengangkat
derajat para penganutnya
Barang siapa
yang menganut aqidah Islam lalu pengetahuan nya tentang aqidah itu meningkat,
pengalamannya terhadap konsekuensi aqidah pun meningkat, dan aktifitasnya untuk
mengajak manusia kedalamnya juga meningkat maka Allah akan mengangkat
derajatnya, menaikkan pamornya, dan menybarluaskan kemuliannya ditengah
khalayak, baik dalam skala individu maupun kelompok.
Hal itu karena
aqidah yang benar merupakan hal terbaik yang didapat oleh hati dan dipahami
oleh akal. Aqidah yang benar akan membuahkan pengetahuan yang bermanfaat dan
akhlak yang luhur. Orang yang memilikinya akan mencapai puncak keutamaannya,
sempurna kemuliaannya dan tinggi derajatnya ditengah-tengah manusia.
Keutamaan
sejati yang tidak tertandingi oleh keutamaan manapun dan kemuliaan tertinggi
yang tidak bisa dicapai oleh kemuliaan manapun, sesungguhnya wujudnya adalah
upaya mencapai kesempurnaan dan komitmen untuk menghiasi diri dengan keutamaan
dan membersihkan diri dari kenistaan.
Kemuliaan
seperti itulah yang bisa mengangkat hati, menyucikan jiwa, menjernihkan
pandangan mata dan mengantarkan pemiliknya kepada tujuan tertinggi dan
terhormat. Kemuliaan itulah yang dapat mengangkat umat kepuncak kejaan dan
kemuliaan sehingga kehidupan yang baik bisa diraih di dunia dan kebahagiaan di
akhirat yang kekal bisa dirasakan di akhirat.
Artinya:
“Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S.
Al-Mujadillah: 11)
6.
Selamat dan
Sentosa
Karena
As-sunnah bahtera keselamatan, barang siapa berpegang teguh padanya, niscaya
aan selamat dan sentosa. Dan barang siapa meninggalkannya, niscaya ia akan
tenggelam dan celaka.
7.
Berpengaruh
terhadap perilaku, akhlak (moralitas) dan Mua’amalah
Akidah ini
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-hal tersebut karena
manusia dikendalikan dan diarahkan oleh akidah (Ideologi) nya. Sesungguhnya
penyimpangan didalam perilaku, akhlak dan mua’malah, merupakan akibat dari
penyimpangan didalam aqidah. Hal ini karena perilaku pada kebiasaannya adalah
buah dari aqidah yang diyakini oleh seseorang dan efek dari agama yang
dianutnya.
Aqidah Islam
memerintahkan kepada para penganutnya agar mengerjakan segala macam kebaikan
dan melarangnya dari segala macam keburukan. Ia memerintahkan berbuat adil dan
berjalan lurus, seta melarang berbuat zalim dan menyimpang.
HUBUNGAN AQIDAH, IBADAH DAN AKHLAK
PENDAHULUAN
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai
kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung
dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian,
yang mengikat semua aspek manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima”
dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitrah, kedamaian, akan hadir. Jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas keislaman
dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang
itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan menghasilkan
kebiasaan hidup yang baik.
Dalam agama
Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya,
yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (akidah), Islam
(syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak). sebagaimana firman Allah
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ. وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ
مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ. يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ
اللَّهُ.
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Ayat diatas mengilustrasikan kepada
kita akan hubungan antara aqidah, ibadah dan akhlak. Yang kesemuanya memiliki
keterikatan dan penguat satu sama lain. Maka di sini pemakalah akan menjelaskan tentang hubungan antara
ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga. Semoga apa yang
pemakalah susun dalam makalah yang
berjudul Hubungan Aqidah, Ibadah Dan Akhlak. Dengan harapan semoga
makalah ini dapat menjadi referansi, khazanah keilmuan dan berguna untuk semua
kalangan umat Islam. Amin
PEMBAHASAN
Pengertian
Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Pengertian
Aqidah
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia.
Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan
tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai
pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri,
maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap allah.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia,
maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu
diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut
Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar
sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak
sosial yang baik.
Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar
dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya ilmu yang menjelaskan
baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang
lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa
memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah
yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah
bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
Rasulullah
bersabda:
لايكن احدكم أمعة يقول : انا مع
الناس، ان احسن الناس احسنث وان اساءوا اسأث، ولكن وظنوا انفسكم ان حسن الناس ان
ثحسنوا وان اساءوا ان ثجثنبوا اساءثهم (رواه الترذي)
“Janganlah ada
di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya
ikut bersama orang-orang. Kalau orang berbuat baik, saya juga berbuat baik; dan
kalau orang berbuat jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi teguhlah
pendirianmu. Apabila orang berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat baik dan
kalau mereka berbuat jahat, hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu.” (HR.
Turmuzi)
Al-Maududi mengemukakan beberapa pengaruh
kalimat tauhid ini dalam kehidupan
manusia.
Manusia yang
percaya dengan kalimat ini tidak mungkin orang yang berpandangan sempit dan
berakal pendek.
Keimanan
mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai
manusia.
Bersamaan
dengan rasa harga diri yang tinggi, keimanan juga mengalirkan ke dalam diri
manusia rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
Keimanan
membuat manusia menjadi suci dan benar.
Orang yang
beriman tidak bakal putus asa atau patah hait pada keadaan yang bagaimanapun.
Orang yang
beriman mempunyai kemauan keras, kesabaran yang tinggi dan percaya teguh kepada
Allah SWT.
Keimanan
membuat keberanian dalam diri manusia.
Keimanan
terhadap kalimat La Ilaha illa al-Allah dapat mengembangkan sikap cinta
damai dan keadilan menghalau rasa cemburu, iri hati dan dengki.
Pengaruh yang
terpenting adalah membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum
Allah.
Dari uraian di
atas dapatlah disimpulkan bahwa aqidah itu merupakan satu hal yang sangat
fondamental dalam Islam dan dengan sendirinya dalam kehidupan. Untuk
memantapkan uraian ini, aqidah laksana mesin bagi sebuah mobil yang
menggerakkan segala kekuatannya untuk berjalan. Tanpa mesin, maka mobil itu tak
ubahnya seperti benda-benda mati yang lain yang tidak bisa bergerak dan
berjalan.
Kemantapan
aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La Illaha illa
al-Allah (Tiada tuhan selain Allah). Tiada yang dapat menolong, memberi
nikmat kecuali Allah; dan tiada yang dapat mendatangkan bencana, musibah
kecuali Allah. Pendket kata, kebahagiaan dan kesengsaraan hanyalah dari Allah.
Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi)
berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi),
ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu
antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah
dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri
kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai
dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup
seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi
yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati,
lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah
(cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah
ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan
dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang
berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan
penciptaan manusia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki
rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan
bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah
hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan
mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia
adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa
yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia
adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
Ibadah adalah perkara tauqifiyah
yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan
Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah
(bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal tanpa
adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah
disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali
dengan adanya dua syarat:
Ikhlas karena Allah semata, bebas
dari syirik besar dan kecil.
Ittiba’, sesuai dengan tuntunan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jadi ibadah merupakan hasil dari
Aqidah yang kokoh. aqidah tersebut menciptakan kegiatan atau amal yang dinakan
Ibadah. sebagaimana yang kita ketahui, jika manusia memiliki dua tugas didalam
perjalanan penghambaan, yakni ibadah dan memimpin.
Pengertian akhlak
Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq =
kebiasaan, perangai, tabiat, dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia
dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak
dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran dengan bentuk tunggalnya, khulq,
pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan Muhammad sebagai
Rasul Allah. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut
Artinya :
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pengerti yang agung
(QS Al-Qalam, 68 :4)
Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli
bahasa arab kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang
buruk. Akhlak yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam
arti etika yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara
hubungan baik antar mereka.
Selanjutnya, dikalangan Ulamah terdapat perbedaan pendapat tentang apakah
akhlak yang lahir dari manusia merupakan hal pendidikan dan latihan ataukah
pembawah sejak lahir. Sebagian mengatakan bahwa akhlak merupakan pembawah sejak
lahir orang yang bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak lahir.
Karenanya, akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan atau latihan. Pandangan
ini dipegang oleh kaum jabariah, salah satu aliran dalam teologi islam.
Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil pendidikan. Karenanya,
akhlak bisa diubah melalui pendidikan, dan itulah sebabnya mengapa Rasulullah
SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik). Pendapat ini dipegang
oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih, ketika mengeritik pandangan pertama,
mengatakan bahwa pandangan negatif tersebut antara lain akan memebuat segalah
bentuk normal dan bimbingan jadi tertolak, orang jadi tunduk pada kekejaman dan
kelaliman, serta nak-anak jadi liar karena tubuh dan perkembangan tanpa nasihat
dan pendidikan.
Menurut Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri
manusia, ada issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada
kebajikan. Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam
durhaka kepada Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak
melakukan sesuatu yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi
kemudian bertobat kepada tuhan sehingga kembali kepada kesuciannya.
Adapun sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar
akhlak manusia mencangkup tiga sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap
bersama manusia, dan terhadap lingkungannya.
Akhlak terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish
Shihab, akhlak manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat
terpuji dan sempurna.
Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
Bertaqwa (berserah diri) kepada Allah SWT setelah
berbuat atau berusaha lebih dahulu.
Berbaik sangka kepada Allah SWT
Akhlak Terhadap Sesama Manusia, sebagai contoh Akhlak
terhadap Orang Tua diantaranya sebagai berikut :
Memelihara keridaan orang tua
Berbakti kepada orang tua
Memelihara etika pergaulan kepada orang tua
Akhlah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan
lingkungan disini ialah segalah sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti
binatang, tumbuhan-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa.
Akhlak yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber daru fungsi manusia sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya
interaksi antara manusia dan alam. Khalifah mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuannya.
Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga. Al-Quran menggambarkan : “dan
tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu… ”(Q.S. 6:38).
Jadi dari penjelasan diatas dapat kita
simpulan, jika akhlak merupakan hasil aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar.melalui ibadah, ibadah yang
merupakan pelaksanaan dari perintah
Allah Swt. dalam firman-Nya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Tujuan
akhlak sendiri adalah menghasilkan nilai yang mampu menghadirkan kemanfaatan
bagi manusia, bukan nilai materi. karena Akhlak adalah salah satu dasar bagi
pembentukan kepribadian individu. Tentu saja secara pasti, akhlak sebagai salah
satu dasar pembentuk masyarakat tidak akan diabaikan begitu saja. Suatu
masyarakat tidak akan baik kecuali ketika akhlaknya baik. Namun, masyarakat
tidak akan menjadi baik hanya dengan akhlak, tetapi dengan dibentuknya
pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta diterapkannya aturan di
tengah-tengah masyarakat itu.
Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi
seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena
sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan
ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam
kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan
ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW
menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan
kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim)
Dengan
demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah
laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari
imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai
iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai
Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan
akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat
dan buruk.
Nabi Muhammad
SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang
mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai
tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau
bersabda:
الحياء والايمان قرناء جميعا فاذا
رفع احدهما رفع الاخر (رواه الكاريم)
”Malu dan iman
itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang
lain”. (HR. Hakim)
No comments:
Post a Comment